PENTAS WAYANG SUKET SLAMET GUNDONO
“SULUK OZON”;
DALAM MALAM PUNCAK FESTIVAL BUDAYA
Wayang suket, sebuah
komunitas yang menampilkan cerita dengan wayang yang di iringi dengan musik
daerah yang di dalangi oleh Ki Slamet Gundono. Slamet Gundono adalah seorang
yang belajar sesuatu dari kenyataan, misalnya semasa kecil, dia belajar
matematika dari makanan; dia tidak tahu jika diberi pertanyaan 2+2 =? Tetapi
jika ditanya 2 tempe di kanan dan 2 tempe di kiri jadi berapa? Maka dia akan
jawab 4, “waktu TK Saya juga tidak bisa jika di suruh membaca A, B, C, D, dan
lain-lain”, ujar Gundono. Dia belajar sesuatu itu dari luar, dari lingkungan
dan kenyataan. “Suluk Ozon” merupakan judul dari cerita wayang yang di
tampilkan pada Malam Puncak Festival Budaya. Kata Suluk yang berarti menempuh (jalan) dan Ozon yang berarti lapisan
di atmosfer pada ketinggian 19-48 km (12-30 mil) di atas permukaan bumi yang
mengandung molekul-molekul ozon, (Wikepedia,2011). Jadi, Suluk Ozon merupakan cerita yang
dihadirkan Gundono mengenai keadaan lapisa ozon yang kian hari kian menipis
akibat pencemaran lingkungan.
Festival Budaya
merupakan serangkaian dari Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya dimana sebelumnya
juga ada acara Dekan Cup yang telah dimeriahkan oleh mahasiswa FIB dengan
mengikuti lomba-lomba, di lanjutkan dengan Festival Budaya (Kirab Budaya,
Seminar “Hibriditas dan Gender Di Era Globalisasi”, Pemutaran Film Jurusan,
Malam Puncak Festival Budaya yang menghadirkan Slamet Gundono, “Wayang Suket”).
Gundono menganggap
bahwa, “suket/tanaman hijau adalah makanan awal, inti dari yang dimakan oleh
manusia, dan sebagai rantai makanan yang pertama”. Sehingga ia memberikan nama
dalam komunitasnya “Wayang Suket” dimana Suket juga bahan untuk membuat wayang
yang akan ia tampilkan.
Kamis
(22/12), Gundono sebagai dalang di temani beberapa temannya. Mereka menyajikan
cerita dengan judul “Suluk Ozon”, cerita ini berawal dari sosok gadis cantik
yang melintas di depannya, dia memang terkenal dengan kecantikannya. Dia sedang
mengaitkan benang merah di depan, di tanya oleh Gundono siapa namamu? Sampai ia
selesai dan tanpa menjawab ia pun berlalu. Dan ternyata dia adalah seorang
mahasiswi Unair di Surabaya dia kost di Gubeng1 Gadis cantik itu
bernama pertiwi. Pertiwi ingin memiliki kekasih dan menikah dengan laki-laki
pilihannya meskipun ayahnya mencoba untuk menjodohkannya dengan seseorang namun
dia tidak mau dia tetap memilih pendampinganya sendiri.
1Gundono
memberikan statement
ini, karena dia bermain di lingkungan Unair, dimana ia sedang
mengisi acara Festival Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Airlangga.
Kemudian seorang cowok
bernama Mr. John AC ingin bertemu dengan Pertiwi. Dia ingin menjadi suaminya,
mendekati pertiwi. Namun setelah bertemu Pertiwi, Pertiwi menolak Mr. John AC.
Mr. John AC pun pergi meninggalkannya tanpa bertanya apa-apa lagi.
Suatu hari seorang
laki-laki juga ingin bertemu dengan Pertiwi, “Narayana”, namanya. Narayana
menyanyikan lagu untuk Pertiwi, dia pun mulai tertarik dengan Narayana. Setelah
bertemu mereka terpisah...
Ketika mereka berdua
bertemu kembali, dimana Pertiwi di bawah lembah dan Narayana di atas lembah dan
mereka sudah 2000 tahun tidak bertemu. Setelah bertemu mereka pun menikah lagi.
Pernikahan ini dilakukan dengan adat Jawa; Narayana menginjak telor dan Pertiwi
sungkem kepada Narayana dan menyuci
kakinya. Pernikahan keduanya terjadi di sebuah desa kecil dekat dengan hutan.
Pernikahan itu di hibur dengan campur sari dari pakarsajen. Dan beberapa penduduk
berjoget, karena salah satu orang yang menjoget itu tidak terima ketika
disentuh sehingga dalam acara itu terjadi perkelahian, yang kemudian di pisah
oleh beberapa orang. Acara itu pun kembali seperti awalnya.
Malam itu, pengantian
(Narayana dan Pertiwi) melakukan hubungan suami istri setelah acara selesai dan
orang-orang sudah pada istirahat. Ketika penganti melakukan hubungan sampai-sampai
para Dewata pun melihat mereka, para penikmat twitter pun berhenti ketika mendengar berita itu.
Pada malam itu juga,
Pertiwi tidak ingin topengnya di buka meskipun sudah di paksa oleh Narayana.
“Aku lagi jerawatan”, kata Pertiwi. “Nanti tak belikan obat”, jawab Narayana.
Dia tetap tidak ingin membuka, “Aku sakit flu”, kata Pertiwi lagi. Namun dia
tidak kehilangan akal untuk membuka topeng istrinya itu. Seketika itu topeng
Pertiwi diambil oleh Narayana, betapa terkejutnya Narayana melihat wajah
istrinya yang penuh dengan jerawat, kotor, buruk dan penuh dengan belatung.
Narayana pun langsung lari meninggalkan istrinya. Wajah Pertiwi seperti itu di
akibatkan kerusakan lingkungan, lingkungan yang kotor penuh akan polusi.
Analisa
Slamet Gundono merupakan dalang yang
peduli akan lingkungan dan ia buktikan dengan selalu menceritakan atau
merealisasikan kerusakan lingkungan pada cerita wayang suket yang akan
ditampilkan. Dia mengajak penonton untuk menjaga lingkungan dan hidup sehat
dengan tidak mencemari lingkungan. Namun Slamet belum memberikan contoh yang
begitu nyata, “Aku bodoh, Gundono bodoh”, katanya (sambil memukul-mukul
kepalanya). Dia merasa kalau dia juga penyumbang dari adanya polusi udara, dia
masih tidak bisa lepas dari kendaraan bermotor. Sehingga ditengah-tengah
ceritanya dia berkata, “kurangi kendaraan bermotor di dunia, kalau memang
sangat perlu barulah pakai kendaraan bermotor”.
Pada cerita pertemuan antara Narayana
dan Pertiwi kembali, merupakan teks transformasi dari cerita pertemuan antara
Nabi Adam as. dengan Ibu Hawa di sebuah lembah kosong yang terpisah bertahun-tahun.
Pernikahan yang dilakukan Pertiwi dan
Narayana menggunakan tradisi Jawa serta di hibur oleh campur sari, itu
membuktikan bahwa kita sekarang ada di Jawa dan sedang di hibur oleh orang
Jawa. Sehingga di sini ada upaya untuk melestarikan budaya serta kebiasaan
Jawa, agar tidak punah (tidak di lupakan oleh masyarakat terutama anak muda).
Dalam pernikahan itu, terjadi
perkelahian kecil ada salah paham namun setelah di pisah beberapa penduduk
perkelahian itu pun selesai. Masyarakat kecil tidak akan melakukan hal yang
berlarut-larut kalau sudah ya sudah, berbeda ketika orang besar atau memiliki
masalah dengan orang besar maka akan berbelit-belit dan masalah akan menjadi
besar.
Selamet Gundono, menyebut para Dewata;
di sini mengandaikan kalau cerita ini bukan cerita yang baru terlihat juga dari
nama tokoh “Narayana dan Pertiwi”, nama yang sulit kita temui pada zaman
sekarang. Gundono juga menyebutkan, “twitter” ini berarti sudah terpengaruh
modernisasi dimana twitter merupakan jejaring sosial yang terkenal pada zaman
sekarang ini.
Menjaga lingkungan agar tetap bersih,
sehingga hati pun bersih, suasana pun menjadi tenang, kehidupan terasa damai,
tidak ada polusi. Dengan harapan anak cucu nanti bisa merasakan keindahan dan
kenyamanan di dunia. Kita harus saling menjaga lingkungan kita, terutama di
sekitar kita yang setiap hari kita lihat.
Good ...
BalasHapusTerus berkarya yah ^__^
Kunjungi juga myblog
ardela-lucky-star.blogspot.com
siip...
Hapusmari kita berkarya bersama...