Rabu, 04 Januari 2012


PENTAS WAYANG SUKET SLAMET GUNDONO
“SULUK OZON”;
DALAM MALAM PUNCAK FESTIVAL BUDAYA



Wayang suket, sebuah komunitas yang menampilkan cerita dengan wayang yang di iringi dengan musik daerah yang di dalangi oleh Ki Slamet Gundono. Slamet Gundono adalah seorang yang belajar sesuatu dari kenyataan, misalnya semasa kecil, dia belajar matematika dari makanan; dia tidak tahu jika diberi pertanyaan 2+2 =? Tetapi jika ditanya 2 tempe di kanan dan 2 tempe di kiri jadi berapa? Maka dia akan jawab 4, “waktu TK Saya juga tidak bisa jika di suruh membaca A, B, C, D, dan lain-lain”, ujar Gundono. Dia belajar sesuatu itu dari luar, dari lingkungan dan kenyataan. “Suluk Ozon” merupakan judul dari cerita wayang yang di tampilkan pada Malam Puncak Festival Budaya. Kata Suluk yang berarti menempuh (jalan) dan Ozon yang berarti lapisan di atmosfer pada ketinggian 19-48 km (12-30 mil) di atas permukaan bumi yang mengandung molekul-molekul ozon, (Wikepedia,2011). Jadi, Suluk Ozon merupakan cerita yang dihadirkan Gundono mengenai keadaan lapisa ozon yang kian hari kian menipis akibat pencemaran lingkungan.
Festival Budaya merupakan serangkaian dari Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya dimana sebelumnya juga ada acara Dekan Cup yang telah dimeriahkan oleh mahasiswa FIB dengan mengikuti lomba-lomba, di lanjutkan dengan Festival Budaya (Kirab Budaya, Seminar “Hibriditas dan Gender Di Era Globalisasi”, Pemutaran Film Jurusan, Malam Puncak Festival Budaya yang menghadirkan Slamet Gundono, “Wayang Suket”).
Gundono menganggap bahwa, “suket/tanaman hijau adalah makanan awal, inti dari yang dimakan oleh manusia, dan sebagai rantai makanan yang pertama”. Sehingga ia memberikan nama dalam komunitasnya “Wayang Suket” dimana Suket juga bahan untuk membuat wayang yang akan ia tampilkan.


Kamis (22/12), Gundono sebagai dalang di temani beberapa temannya. Mereka menyajikan cerita dengan judul “Suluk Ozon”, cerita ini berawal dari sosok gadis cantik yang melintas di depannya, dia memang terkenal dengan kecantikannya. Dia sedang mengaitkan benang merah di depan, di tanya oleh Gundono siapa namamu? Sampai ia selesai dan tanpa menjawab ia pun berlalu. Dan ternyata dia adalah seorang mahasiswi Unair di Surabaya dia kost di Gubeng1 Gadis cantik itu bernama pertiwi. Pertiwi ingin memiliki kekasih dan menikah dengan laki-laki pilihannya meskipun ayahnya mencoba untuk menjodohkannya dengan seseorang namun dia tidak mau dia tetap memilih pendampinganya sendiri.
1Gundono memberikan statement ini, karena dia bermain di lingkungan Unair, dimana ia sedang  mengisi acara Festival  Budaya  Fakultas  Ilmu  Budaya  Universitas  Airlangga.

Kemudian seorang cowok bernama Mr. John AC ingin bertemu dengan Pertiwi. Dia ingin menjadi suaminya, mendekati pertiwi. Namun setelah bertemu Pertiwi, Pertiwi menolak Mr. John AC. Mr. John AC pun pergi meninggalkannya tanpa bertanya apa-apa lagi.
Suatu hari seorang laki-laki juga ingin bertemu dengan Pertiwi, “Narayana”, namanya. Narayana menyanyikan lagu untuk Pertiwi, dia pun mulai tertarik dengan Narayana. Setelah bertemu mereka terpisah...
Ketika mereka berdua bertemu kembali, dimana Pertiwi di bawah lembah dan Narayana di atas lembah dan mereka sudah 2000 tahun tidak bertemu. Setelah bertemu mereka pun menikah lagi. Pernikahan ini dilakukan dengan adat Jawa; Narayana menginjak telor dan Pertiwi sungkem kepada Narayana dan menyuci kakinya. Pernikahan keduanya terjadi di sebuah desa kecil dekat dengan hutan. Pernikahan itu di hibur dengan campur sari dari pakarsajen. Dan beberapa penduduk berjoget, karena salah satu orang yang menjoget itu tidak terima ketika disentuh sehingga dalam acara itu terjadi perkelahian, yang kemudian di pisah oleh beberapa orang. Acara itu pun kembali seperti awalnya.
Malam itu, pengantian (Narayana dan Pertiwi) melakukan hubungan suami istri setelah acara selesai dan orang-orang sudah pada istirahat. Ketika penganti melakukan hubungan sampai-sampai para Dewata pun melihat mereka, para penikmat twitter pun berhenti ketika mendengar berita itu.
Pada malam itu juga, Pertiwi tidak ingin topengnya di buka meskipun sudah di paksa oleh Narayana. “Aku lagi jerawatan”, kata Pertiwi. “Nanti tak belikan obat”, jawab Narayana. Dia tetap tidak ingin membuka, “Aku sakit flu”, kata Pertiwi lagi. Namun dia tidak kehilangan akal untuk membuka topeng istrinya itu. Seketika itu topeng Pertiwi diambil oleh Narayana, betapa terkejutnya Narayana melihat wajah istrinya yang penuh dengan jerawat, kotor, buruk dan penuh dengan belatung. Narayana pun langsung lari meninggalkan istrinya. Wajah Pertiwi seperti itu di akibatkan kerusakan lingkungan, lingkungan yang kotor penuh akan polusi.

Analisa
Slamet Gundono merupakan dalang yang peduli akan lingkungan dan ia buktikan dengan selalu menceritakan atau merealisasikan kerusakan lingkungan pada cerita wayang suket yang akan ditampilkan. Dia mengajak penonton untuk menjaga lingkungan dan hidup sehat dengan tidak mencemari lingkungan. Namun Slamet belum memberikan contoh yang begitu nyata, “Aku bodoh, Gundono bodoh”, katanya (sambil memukul-mukul kepalanya). Dia merasa kalau dia juga penyumbang dari adanya polusi udara, dia masih tidak bisa lepas dari kendaraan bermotor. Sehingga ditengah-tengah ceritanya dia berkata, “kurangi kendaraan bermotor di dunia, kalau memang sangat perlu barulah pakai kendaraan bermotor”.

Pada cerita pertemuan antara Narayana dan Pertiwi kembali, merupakan teks transformasi dari cerita pertemuan antara Nabi Adam as. dengan Ibu Hawa di sebuah lembah kosong yang terpisah bertahun-tahun.

Pernikahan yang dilakukan Pertiwi dan Narayana menggunakan tradisi Jawa serta di hibur oleh campur sari, itu membuktikan bahwa kita sekarang ada di Jawa dan sedang di hibur oleh orang Jawa. Sehingga di sini ada upaya untuk melestarikan budaya serta kebiasaan Jawa, agar tidak punah (tidak di lupakan oleh masyarakat terutama anak muda).

Dalam pernikahan itu, terjadi perkelahian kecil ada salah paham namun setelah di pisah beberapa penduduk perkelahian itu pun selesai. Masyarakat kecil tidak akan melakukan hal yang berlarut-larut kalau sudah ya sudah, berbeda ketika orang besar atau memiliki masalah dengan orang besar maka akan berbelit-belit dan masalah akan menjadi besar.

Selamet Gundono, menyebut para Dewata; di sini mengandaikan kalau cerita ini bukan cerita yang baru terlihat juga dari nama tokoh “Narayana dan Pertiwi”, nama yang sulit kita temui pada zaman sekarang. Gundono juga menyebutkan, “twitter” ini berarti sudah terpengaruh modernisasi dimana twitter merupakan jejaring sosial yang terkenal pada zaman sekarang ini.

Menjaga lingkungan agar tetap bersih, sehingga hati pun bersih, suasana pun menjadi tenang, kehidupan terasa damai, tidak ada polusi. Dengan harapan anak cucu nanti bisa merasakan keindahan dan kenyamanan di dunia. Kita harus saling menjaga lingkungan kita, terutama di sekitar kita yang setiap hari kita lihat.

2 komentar:

  1. Good ...
    Terus berkarya yah ^__^
    Kunjungi juga myblog
    ardela-lucky-star.blogspot.com

    BalasHapus